sprinkle

Minggu, 16 Desember 2012

Jumpa Pertama


Saya ingin menceritakan pengalaman pribadi saya. Tentang cinta, perhatian, kenyamanan dan perbedaan serta masih banyak lagi hal yang menarik. Terus baca sampai habis yaa.

Awal pertemuan ku dengannya adalah di kelas saat kami berada di tingkat 1. Kami memang 1 kelas karena itu cinta kami bisa dibilang cinlok atau cinta lokasi. Kesan pertama kali aku melihatnya, aku merasa dia itu menakutkan dan menyeramkan. Rambutnya yang gondrong di tambah mukanya yang bewokan dan badannya yang besar membuatku memberikan kesan pertama yang buruk. Haha tapi lama kelamaan karena sikap dia yang menyenangkan dengan teman-temanku aku pun merasa ingin berteman lebih dekat dengannya. Aku ingin berteman lebih dekat dengannya karena sepertinya dia orang yang bisa menjaga wanita dan dia juga tipikal yang humoris jadi kalau sedang bersamanya pasti bawaannya ketawa terus. Hari berlalu dan kami berteman baik. Namun aku mulai menyukai temannya. Mungkin karena temannya itu tampan dan menarik perhatianku.

Pada tanggal 14 Oktober 2010 aku pergi ke Kota Tua bersama 6 orang temanku, 3 lelaki dan 3 wanita. Dia pun ada didalamnya. Karena aku menyukai temannya jadi hanya temannya yang aku perhatikan. Disana sangat menyenangkan. Kita semua berfoto bersama, bercanda, melakukan sesuatu yang bisa menghilangkan penat karena 1 minggu belajar. Hari sudah hampir malam lalu kita semua pulang dengan membawa rasa lelah. Dari perjalanan itu aku dan dia semakin dekat. Dan aku pun mulai menyadari kalau dia sering memperhatikanku. Dan sepertinya dia juga tahu kalau aku menyukai temannya. Pada malam minggu di tanggal 16 Oktober 2010, dia menanyakan padaku lewat pesan singkat atau sms. Dia bertanya, “Kenapa engga pergi sama cowo lu”. Kataku, “Lagi engga punya cowo. Kan gue lagi suka sama temen lu”. Dia bertanya lagi, “Siapa?”. Aku jawab, “Ayo siapa. Tebak dong”. Akhirnya dia menyebutkan sebuah nama dan itu benar. Awalnya aku malu tetapi setelah aku berfikir, tak apalah dia mengetahuinya, siapa tahu dia bisa membantuku mendekati temannya. Setelah kejadian itu, aku ingat betul dia pernah berkata pada temannya yang aku suka. Saat aku dan teman-temanku sedang bersenda gurau dia berkata pada temannya, “Ehh, kenapa muka lu engga jelek aja sih. Kenapa muka lu pake ganteng”, orang yang mendengar kata-kata itu langsung tertawa. Dari situ aku merasa aneh, kenapa dia berkata seperti itu. Apa dia tidak menyukai temannya. Tapi entahlah..

Pada tanggal 18 Oktober 2010 sekitar pukul 22.00 WIB, dia mengirim pesan padaku. Dia bilang padaku kalau dia sedang menyukai seseorang, namun orang tersebut sedang menyukai temannya. Karena terdengar kabar bahwa dia sedang menyukai Miss X. Jadi aku bertanya-tanya, siapa yang sedang disukai Miss X. Esoknya di kampus aku menanyakan hal ini pada temanku. Siapa tahu temanku tahu siapa orang yang sedang disukai Miss X. Dan nyatanya temanku malah mengira kalau yang dimaksud “seseorang yang dia suka dan sedang menyukai temannya” itu adalah aku. Aku menepis semua itu karena tidak mungkin dia menyukaiku. Aku bisa berkata seperti itu mungkin karena tidak ada tanda-tanda yang menjurus kearah kalau dia sedang menyukaiku. Namun ternyata pemikiran temanku benar. Pada tanggal 19 Oktober 2010 hampir tengah malam, dia mengirim pesan padaku dan dia berkata bahwa dia menyukaiku. Awalnya aku tidak percaya karena ada kabar yang menyebutkan kalau dia sedang menyukai Miss X tetapi Miss X sudah mempunyai seorang kekasih. Aku mengira kalau dia hanya menjadikanku pelarian saja karena tidak bisa mendapatkan Miss X. Tetapi dia terus meyakinkanku dan memberiku waktu berpikir hingga esok hari, apakah benar aku ingin menjadi kekasihnya atau tidak. Keesokkan harinya tepat tanggal 20 Oktober 2010 dia meminta kepastian padaku. Dan aku menerima dia untuk menjadi kekasihku. Awalnya penerimaan itu hanya sekedar iseng karena aku baru saja mengalami patah hati dengan masa laluku. Namun lama-lama rasa cinta itu mulai tumbuh seiring dengan berjalannya waktu. Aku ingat sekali awal mulai berpacaran aku masih malu-malu dengannya, masih berjaga jarak seperti orang berteman. Aku menyuruhnya untuk tidak merokok dan dia mengikuti apa kataku walau hanya didepanku saja. Kenapa aku bisa bilang seperti itu karena aku tahu dibelakangku dia masih sering merokok. Pernah beberapa kali aku melihatnya merokok tetapi dia langsung membuang rokoknya setelah dia tahu aku melihatnya. Atau dia bersembunyi untuk merokok lalu dia menyuruh temannya agar melihat sekeliling kalau saja aku datang tiba-tiba. Mungkin itu adalah cara dia menghargai permintaanku. Yah walaupun tak dipungkiri pada saat itu aku sedikit jengkel dengannya. Tetapi itu memori yang sangat menggelikan jika diingat kembali. Aku saja senyum-senyum sendiri saat menulis ini.

Cukup sampai disini yah ceritanya, lain waktu disambung lagi. Terima kasih ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar