Waktu masih di bangku SMA aku mempunyai 6 orang teman dekat. Mereka adalah Endah, Lilis, Irma, Tina, Qorry, dan Alfi. Tapi Endah bukan teman SMA-ku, dia temanku dari kecil. Aku sangat berteman baik dengannya. Pada saat ingin naik ke kelas 8, Alfi pindah sekolah karena ada suatu masalah. Meskipun begitu kami masih sering ngumpul bareng. Kejadian ini terjadi pada saat kami kelas 9. Waktu itu aku sedang berpacaran (lagi) dengan cinta pertamaku. Semua berawal dari rencana pacarku untuk pergi ke sebuah curug di daerah bogor. Sepertinya itu akan menyenangkan, pikirku. Lalu aku mengatakan rencana ini pada teman-temanku. Awalnya mereka menolak karena tidak memiliki uang. Akhirnya setelah aku meyakinkan mereka, mereka mau menemaniku untuk pergi. Kami pun menyusun daftar biaya yang akan diperlukan dan mengajak beberapa orang teman agar biaya semakin hemat.
Seminggu sebelum perjalanan kami berusaha keras untuk menabung. Sampai-sampai aku selalu membawa bekal dari rumah agar tidak jajan di sekolah. Kadang temanku juga ada yang membawa bekal, yang tidak membawa bekal ikut nimbrung saja makan bersama. Tapi kalau hanya aku yang membawa bekal sendiri, mereka semua juga ikut makan walaupun hanya kebagian sedikit-sedikit. Namun kalau tidak ada yang membawa makanan terpaksa kami harus patungan untuk membeli makan. Pada saat itu kami lebih sering untuk berbagi. Ternyata menabung itu butuh perjuangan.
Sampai pada suatu hari, aku, Lilis, Irma dan Tina sedang kelaparan. Lapar sekali siang itu. Kami berempat belum pulang karena ingin bertemu pacarku dan beberapa temannya untuk membicarakan rencana kami lebih lanjut. Karena kami janjian dengan pacarku sore hari akhirnya aku dan Tina pergi ke rumah Tina untuk mengambil makanan (lagi irit). Lilis dan Irma menunggu di sekolah. Sesampainya di rumah Tina, kami berdua menemukan sedikit nasi dan beberapa potong ayam goreng. Ini cukuplah untuk ganjel perut berempat, pikirku. Lalu nasi dan ayam goreng itu kami bawa ke sekolah untuk dimakan bersama. Tiba di sekolah kami langsung bergegas untuk menyantap makanan tadi. Komentar yang keluar pada suapan pertama, "Nasinya kok masih keras gini? Kayaknya kurang mateng deh". Dari situ kami langsung tertawa terbahak-bahak. Tak menyangka kalau nasinya masih setengah matang. Lalu aku berkata, "Ya udah engga apa-apa lah. Lanjut aja. Yang penting makan. Daripada kelaperan". Dan semua pun langsung memakannya tanpa memperdulikan nasi yang setengah matang itu sambil sesekali tertawa melihatnya. Bagiku itu suatu perjuangan hemat yang paling konyol. Setelah selesai makan kami terus membicarakan dan menertawakan kejadian itu sampai akhirnya yang ditunggu datang dan kami hanya diam tak ingin orang lain tahu.
Hari dimana kami pergi pun tiba. Akhirnya kami semua memutuskan untuk pergi ke Curug Cilember dan yang ikut pergi 13 orang. Saat-saat seperti itulah yang aku sukai, semua berkumpul untuk sekedar melepas penat dari kehidupan di ibukota. Selama kurang lebih 2 jam perjalanan, kami tiba di Curug Cilember. Untuk menuju curug tidaklah mudah. Kami harus berjalan naik untuk menuju curug. Disana ada 7 curug, curug yang ketujuh terletak di paling dasar, ya hanya berupa curug kecil. Curug keenam terletak lebih jauh dari curug ketujuh, begitu seterusnya sampai curug pertama yang terletak di puncak. Medan yang ada untuk mencapai satu curug sangatlah sulit. Jalanan menanjak dan tanah yang licin membuat orang sering terpeleset. Mungkin juga karena faktor lelah jadi konsentrasi terus terkuras. Aku dan teman-temanku saja sampai beberapa kali istirahat karena tidak kuat naik. Apalagi aku yang sedikit mempunyai gangguan pernapasan, sering sekali dibantu naik keatas. Untungnya ada sang kekasih yang membantu (prikitiw). Akhirnya sampailah kami di curug kelima karena sudah lelah berjalan, kami memutuskan untuk berhenti di curug kelima dan istirahat sambil menikmati pemandangan di hari itu. Walaupun lelah tapi semua terbayarkan dengan pemandangan yang luar biasa menakjubkan di curug itu. Kami pun istirahat dan makan siang setelah itu bergegas untuk mandi di curug. Karena aku tidak suka basah-basahan apalagi banyak orang jadi aku memutuskan untuk tidak ikut mereka menikmati air curug itu. Mungkin aku menyesal karena tidak ikut, tapi aku beruntung juga karena tidak kedinginan seperti teman-temanku. Semua terasa menyenangkan di hari itu. Karena aku tidak ikut mandi di curug, jadi tugasku membuat dokumentasi tentang perjalanan hari itu. Perjalanan yang menyenagkan serta perjuangan menabung yang membuahkan hasil memuaskan. Ini beberapa foto yang ada disana.
Foto sebelum menuju pintu masuk Curug Cilember |
Ucapan selamat datang dekat pintu masuk Curug |
Ini teman-temanku. Keren kan pose mereka ? |
Ini dia wanita-wanita cantik di Curug Cilember |
Terima Kasih ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar